BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ

خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلاَ تَعْقِلُون

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka . Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?"

(Al-An'am:32)

19.12.10

Wajib tonton...

17.12.10

Bida'ah

I. Nabi saw memperbolehkan berbuat bid’ah hasanah.

Nabi saw memperbolehkan kita melakukan Bid’ah hasanah selama hal itu baik dan tidak menentang syariah, sebagaimana sabda beliau saw: “Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat-buat hal baru yg buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yg mengikutinya dan tak dikurangkan sedikitpun dari dosanya” (Shahih Muslim hadits no.1017, demikian pula diriwayatkan pada Shahih Ibn Khuzaimah, Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan Addarimiy, Shahih Ibn Hibban dan banyak lagi). Hadits ini menjelaskan makna Bid’ah hasanah dan Bid’ah dhalalah.
Perhatikan hadits beliau saw, bukankah beliau saw menganjurkan?, maksudnya bila kalian mempunyai suatu pendapat atau gagasan baru yg membuat kebaikan atas islam maka perbuatlah.., alangkah indahnya bimbingan Nabi saw yg tidak mencekik ummat, beliau saw tahu bahwa ummatnya bukan hidup untuk 10 atau 100 tahun, tapi ribuan tahun akan berlanjut dan akan muncul kemajuan zaman, modernisasi, kematian ulama, merajalela kemaksiatan, maka tentunya pastilah diperlukan hal-hal yg baru demi menjaga muslimin lebih terjaga dalam kemuliaan, demikianlah bentuk kesempurnaan agama ini, yg tetap akan bisa dipakai hingga akhir zaman, inilah makna ayat : “ALYAUMA AKMALTU LAKUM DIINUKUM..dst, “hari ini Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, kusempurnakan pula kenikmatan bagi kalian, dan kuridhoi islam sebagai agama kalian”, maksudnya semua ajaran telah sempurna, tak perlu lagi ada pendapat lain demi memperbaiki agama ini, semua hal yg baru selama itu baik sudah masuk dalam kategori syariah dan sudah direstui oleh Allah dan rasul Nya, alangkah sempurnanya islam.

Namun tentunya bukan membuat agama baru atau syariat baru yg bertentangan dengan syariah dan sunnah Rasul saw, atau menghalalkan apa-apa yg sudah diharamkan oleh Rasul saw atau sebaliknya, inilah makna hadits beliau saw : “Barangsiapa yg membuat buat hal baru yg berupa keburukan…dst”, inilah yg disebut Bid’ah Dhalalah. Beliau saw telah memahami itu semua, bahwa kelak zaman akan berkembang, maka beliau saw memperbolehkannya (hal yg baru berupa kebaikan), menganjurkannya dan menyemangati kita untuk memperbuatnya, agar ummat tidak tercekik dengan hal yg ada dizaman kehidupan beliau saw saja, dan beliau saw telah pula mengingatkan agar jangan membuat buat hal yg buruk (Bid’ah dhalalah).

Mengenai pendapat yg mengatakan bahwa hadits ini adalah khusus untuk sedekah saja, maka tentu ini adalah pendapat mereka yg dangkal dalam pemahaman syariah, karena hadits diatas jelas-jelas tak menyebutkan pembatasan hanya untuk sedekah saja, terbukti dengan perbuatan bid’ah hasanah oleh para Sahabat dan Tabi’in.

II. Siapakah yg pertama memulai Bid’ah hasanah setelah wafatnya Rasul saw?

Ketika terjadi pembunuhan besar-besaran atas para sahabat (Ahlul yamaamah) yg mereka itu para Huffadh (yg hafal) Alqur’an dan Ahli Alqur’an di zaman Khalifah Abubakar Asshiddiq ra, berkata Abubakar Ashiddiq ra kepada Zeyd bin Tsabit ra : “Sungguh Umar (ra) telah datang kepadaku dan melaporkan pembunuhan atas ahlulyamaamah dan ditakutkan pembunuhan akan terus terjadi pada para Ahlulqur’an, lalu ia menyarankan agar Aku (Abubakar Asshiddiq ra) mengumpulkan dan menulis Alqur’an, aku berkata : Bagaimana aku berbuat suatu hal yg tidak diperbuat oleh Rasulullah..??, maka Umar berkata padaku bahwa Demi Allah ini adalah demi kebaikan dan merupakan kebaikan, dan ia terus meyakinkanku sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan Umar, dan engkau (zeyd) adalah pemuda, cerdas, dan kami tak menuduhmu (kau tak pernah berbuat jahat), kau telah mencatat wahyu, dan sekarang ikutilah dan kumpulkanlah Alqur’an dan tulislah Alqur’an..!” berkata Zeyd : “Demi Allah sungguh bagiku diperintah memindahkan sebuah gunung daripada gunung-gunung tidak seberat perintahmu padaku untuk mengumpulkan Alqur’an, bagaimana kalian berdua berbuat sesuatu yg tak diperbuat oleh Rasulullah saw??”, maka Abubakar ra mengatakannya bahwa hal itu adalah kebaikan, hingga iapun meyakinkanku sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan mereka berdua dan aku mulai mengumpulkan Alqur’an”. (Shahih Bukhari hadits no.4402 dan 6768).

Nah saudaraku, bila kita perhatikan konteks diatas Abubakar shiddiq ra mengakui dengan ucapannya : “sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan Umar”, hatinya jernih menerima hal yg baru (bid’ah hasanah) yaitu mengumpulkan Alqur’an, karena sebelumnya alqur’an belum dikumpulkan menjadi satu buku, tapi terpisah-pisah di hafalan sahabat, ada yg tertulis di kulit onta, di tembok, dihafal dll, ini adalah Bid’ah hasanah, justru mereka berdualah yg memulainya.

Kita perhatikan hadits yg dijadikan dalil menafikan (menghilangkan) Bid’ah hasanah mengenai semua bid’ah adalah kesesatan, diriwayatkan bahwa Rasul saw selepas melakukan shalat subuh beliau saw menghadap kami dan menyampaikan ceramah yg membuat hati berguncang, dan membuat airmata mengalir.., maka kami berkata : “Wahai Rasulullah.. seakan-akan ini adalah wasiat untuk perpisahan…, maka beri wasiatlah kami..” maka rasul saw bersabda : “Kuwasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengarkan dan taatlah walaupun kalian dipimpin oleh seorang Budak afrika, sungguh diantara kalian yg berumur panjang akan melihat sangat banyak ikhtilaf perbedaan pendapat, maka berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa’urrasyidin yg mereka itu pembawa petunjuk, gigitlah kuat kuat dengan geraham kalian (suatu kiasan untuk kesungguhan), dan hati-hatilah dengan hal-hal yg baru, sungguh semua yg Bid’ah itu adalah kesesatan”. (Mustadrak Alasshahihain hadits no.329).

Jelaslah bahwa Rasul saw menjelaskan pada kita untuk mengikuti sunnah beliau dan sunnah khulafa’urrasyidin, dan sunnah beliau saw telah memperbolehkan hal yg baru selama itu baik dan tak melanggar syariah, dan sunnah khulafa’urrasyidin adalah anda lihat sendiri bagaimana Abubakar shiddiq ra dan Umar bin Khattab ra menyetujui bahkan menganjurkan, bahkan memerintahkan hal yg baru, yg tidak dilakukan oleh Rasul saw yaitu pembukuan Alqur’an, lalu pula selesai penulisannya dimasa Khalifah Utsman bin Affan ra, dengan persetujuan dan kehadiran Ali bin Abi Thalib kw.

Nah.. sempurnalah sudah keempat makhluk termulia di ummat ini, khulafa’urrasyidin melakukan bid’ah hasanah, Abubakar shiddiq ra dimasa kekhalifahannya memerintahkan pengumpulan Alqur’an, lalu kemudian Umar bin Khattab ra pula dimasa kekhalifahannya memerintahkan tarawih berjamaah dan seraya berkata : “Inilah sebaik-baik Bid’ah!”(Shahih Bukhari hadits no.1906) lalu pula selesai penulisan Alqur’an dimasa Khalifah Utsman bin Affan ra hingga Alqur’an kini dikenal dengan nama Mushaf Utsmaniy, dan Ali bin Abi Thalib kw menghadiri dan menyetujui hal itu. Demikian pula hal yg dibuat-buat tanpa perintah Rasul saw adalah dua kali adzan di Shalat Jumat, tidak pernah dilakukan dimasa Rasul saw, tidak dimasa Khalifah Abubakar shiddiq ra, tidak pula dimasa Umar bin khattab ra dan baru dilakukan dimasa Utsman bn Affan ra, dan diteruskan hingga kini (Shahih Bulkhari hadits no.873).

Siapakah yg salah dan tertuduh?, siapakah yg lebih mengerti larangan Bid’ah?, adakah pendapat mengatakan bahwa keempat Khulafa’urrasyidin ini tak faham makna Bid’ah?

III. Bid’ah Dhalalah

Jelaslah sudah bahwa mereka yg menolak bid’ah hasanah inilah yg termasuk pada golongan Bid’ah dhalalah, dan Bid’ah dhalalah ini banyak jenisnya, seperti penafikan sunnah, penolakan ucapan sahabat, penolakan pendapat Khulafa’urrasyidin, nah…diantaranya adalah penolakan atas hal baru selama itu baik dan tak melanggar syariah, karena hal ini sudah diperbolehkan oleh Rasul saw dan dilakukan oleh Khulafa’urrasyidin, dan Rasul saw telah jelas-jelas memberitahukan bahwa akan muncul banyak ikhtilaf, berpeganglah pada Sunnahku dan Sunnah Khulafa’urrasyidin, bagaimana Sunnah Rasul saw?, beliau saw membolehkan Bid’ah hasanah, bagaimana sunnah Khulafa’urrasyidin?, mereka melakukan Bid’ah hasanah, maka penolakan atas hal inilah yg merupakan Bid’ah dhalalah, hal yg telah diperingatkan oleh Rasul saw.

Bila kita menafikan (meniadakan) adanya Bid’ah hasanah, maka kita telah menafikan dan membid’ahkan Kitab Al-Quran dan Kitab Hadits yang menjadi panduan ajaran pokok Agama Islam karena kedua kitab tersebut (Al-Quran dan Hadits) tidak ada perintah Rasulullah saw untuk membukukannya dalam satu kitab masing-masing, melainkan hal itu merupakan ijma/kesepakatan pendapat para Sahabat Radhiyallahu’anhum dan hal ini dilakukan setelah Rasulullah saw wafat.

Buku hadits seperti Shahih Bukhari, shahih Muslim dll inipun tak pernah ada perintah Rasul saw untuk membukukannya, tak pula Khulafa’urrasyidin memerintahkan menulisnya, namun para tabi’in mulai menulis hadits Rasul saw. Begitu pula Ilmu Musthalahulhadits, Nahwu, sharaf, dan lain-lain sehingga kita dapat memahami kedudukan derajat hadits, ini semua adalah perbuatan Bid’ah namun Bid’ah Hasanah. Demikian pula ucapan “Radhiyallahu’anhu” atas sahabat, tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah saw, tidak pula oleh sahabat, walaupun itu di sebut dalam Al-Quran bahwa mereka para sahabat itu diridhoi Allah, namun tak ada dalam Ayat atau hadits Rasul saw memerintahkan untuk mengucapkan ucapan itu untuk sahabatnya, namun karena kecintaan para Tabi’in pada Sahabat, maka mereka menambahinya dengan ucapan tersebut. Dan ini merupakan Bid’ah Hasanah dengan dalil Hadits di atas, Lalu muncul pula kini Al-Quran yang di kasetkan, di CD kan, Program Al-Quran di handphone, Al-Quran yang diterjemahkan, ini semua adalah Bid’ah hasanah. Bid’ah yang baik yang berfaedah dan untuk tujuan kemaslahatan muslimin, karena dengan adanya Bid’ah hasanah di atas maka semakin mudah bagi kita untuk mempelajari Al-Quran, untuk selalu membaca Al-Quran, bahkan untuk menghafal Al-Quran dan tidak ada yang memungkirinya.

Sekarang kalau kita menarik mundur kebelakang sejarah Islam, bila Al-Quran tidak dibukukan oleh para Sahabat ra, apa sekiranya yang terjadi pada perkembangan sejarah Islam ? Al-Quran masih bertebaran di tembok-tembok, di kulit onta, hafalan para Sahabat ra yang hanya sebagian dituliskan, maka akan muncul beribu-ribu Versi Al-Quran di zaman sekarang, karena semua orang akan mengumpulkan dan membukukannya, yang masing-masing dengan riwayatnya sendiri, maka hancurlah Al-Quran dan hancurlah Islam. Namun dengan adanya Bid’ah Hasanah, sekarang kita masih mengenal Al-Quran secara utuh dan dengan adanya Bid’ah Hasanah ini pula kita masih mengenal Hadits-hadits Rasulullah saw, maka jadilah Islam ini kokoh dan Abadi, jelaslah sudah sabda Rasul saw yg telah membolehkannya, beliau saw telah mengetahui dengan jelas bahwa hal hal baru yg berupa kebaikan (Bid’ah hasanah), mesti dimunculkan kelak, dan beliau saw telah melarang hal-hal baru yg berupa keburukan (Bid’ah dhalalah).

Saudara-saudaraku, jernihkan hatimu menerima ini semua, ingatlah ucapan Amirulmukminin pertama ini, ketahuilah ucapan ucapannya adalah Mutiara Alqur’an, sosok agung Abubakar Ashiddiq ra berkata mengenai Bid’ah hasanah : “sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan Umar”.

Lalu berkata pula Zeyd bin haritsah ra :”..bagaimana kalian berdua (Abubakar dan Umar) berbuat sesuatu yg tak diperbuat oleh Rasulullah saw??, maka Abubakar ra mengatakannya bahwa hal itu adalah kebaikan, hingga iapun(Abubakar ra) meyakinkanku (Zeyd) sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan mereka berdua”.

Maka kuhimbau saudara-saudaraku muslimin yg kumuliakan, hati yg jernih menerima hal-hal baru yg baik adalah hati yg sehati dengan Abubakar shiddiq ra, hati Umar bin Khattab ra, hati Zeyd bin haritsah ra, hati para sahabat, yaitu hati yg dijernihkan Allah swt, Dan curigalah pada dirimu bila kau temukan dirimu mengingkari hal ini, maka barangkali hatimu belum dijernihkan Allah, karena tak mau sependapat dengan mereka, belum setuju dengan pendapat mereka, masih menolak bid’ah hasanah, dan Rasul saw sudah mengingatkanmu bahwa akan terjadi banyak ikhtilaf, dan peganglah perbuatanku dan perbuatan khulafa’urrasyidin, gigit dengan geraham yg maksudnya berpeganglah erat-erat pada tuntunanku dan tuntunan mereka.

Allah menjernihkan sanubariku dan sanubari kalian hingga sehati dan sependapat dengan Abubakar Asshiddiq ra, Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra, Ali bin Abi Thalib kw dan seluruh sahabat.. amiin.

IV. Pendapat para Imam dan Muhadditsin mengenai Bid’ah

1. Al Hafidh Al Muhaddits Al Imam Muhammad bin Idris Assyafii rahimahullah (Imam Syafii)
Berkata Imam Syafii bahwa bid’ah terbagi dua, yaitu bid’ah mahmudah (terpuji) dan bid’ah madzmumah (tercela), maka yg sejalan dengan sunnah maka ia terpuji, dan yg tidak selaras dengan sunnah adalah tercela, beliau berdalil dengan ucapan Umar bin Khattab ra mengenai shalat tarawih : “inilah sebaik baik bid’ah”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 86-87)

2. Al Imam Al Hafidh Muhammad bin Ahmad Al Qurtubiy rahimahullah
“Menanggapi ucapan ini (ucapan Imam Syafii), maka kukatakan (Imam Qurtubi berkata) bahwa makna hadits Nabi saw yg berbunyi : “seburuk-buruk permasalahan adalah hal yg baru, dan semua Bid’ah adalah dhalalah” (wa syarrul umuuri muhdatsaatuha wa kullu bid’atin dhalaalah), yg dimaksud adalah hal-hal yg tidak sejalan dengan Alqur’an dan Sunnah Rasul saw, atau perbuatan Sahabat radhiyallahu ‘anhum, sungguh telah diperjelas mengenai hal ini oleh hadits lainnya : “Barangsiapa membuat buat hal baru yg baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yg mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yg buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yg mengikutinya” (Shahih Muslim hadits no.1017) dan hadits ini merupakan inti penjelasan mengenai bid’ah yg baik dan bid’ah yg sesat”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 87)

3. Al Muhaddits Al Hafidh Al Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawiy rahimahullah (Imam Nawawi)“Penjelasan mengenai hadits : “Barangsiapa membuat-buat hal baru yg baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yg mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yg dosanya”, hadits ini merupakan anjuran untuk membuat kebiasaan kebiasaan yg baik, dan ancaman untuk membuat kebiasaan yg buruk, dan pada hadits ini terdapat pengecualian dari sabda beliau saw : “semua yg baru adalah Bid’ah, dan semua yg Bid’ah adalah sesat”, sungguh yg dimaksudkan adalah hal baru yg buruk dan Bid’ah yg tercela”. (Syarh Annawawi ‘ala Shahih Muslim juz 7 hal 104-105)

Dan berkata pula Imam Nawawi bahwa Ulama membagi bid’ah menjadi 5, yaitu Bid’ah yg wajib, Bid’ah yg mandub, bid’ah yg mubah, bid’ah yg makruh dan bid’ah yg haram. Bid’ah yg wajib contohnya adalah mencantumkan dalil-dalil pada ucapan ucapan yg menentang kemungkaran, contoh bid’ah yg mandub (mendapat pahala bila dilakukan dan tak mendapat dosa bila ditinggalkan) adalah membuat buku buku ilmu syariah, membangun majelis taklim dan pesantren, dan Bid;ah yg Mubah adalah bermacam-macam dari jenis makanan, dan Bid’ah makruh dan haram sudah jelas diketahui, demikianlah makna pengecualian dan kekhususan dari makna yg umum, sebagaimana ucapan Umar ra atas jamaah tarawih bahwa inilah sebaik2 bid’ah”. (Syarh Imam Nawawi ala shahih Muslim Juz 6 hal 154-155)

4. Al Hafidh AL Muhaddits Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy rahimahullah
Mengenai hadits “Bid’ah Dhalalah” ini bermakna “Aammun makhsush”, (sesuatu yg umum yg ada pengecualiannya), seperti firman Allah : “… yg Menghancurkan segala sesuatu” (QS Al Ahqaf 25) dan kenyataannya tidak segalanya hancur, (*atau pula ayat : “Sungguh telah kupastikan ketentuanku untuk memenuhi jahannam dengan jin dan manusia keseluruhannya” QS Assajdah-13), dan pada kenyataannya bukan semua manusia masuk neraka, tapi ayat itu bukan bermakna keseluruhan tapi bermakna seluruh musyrikin dan orang dhalim.pen) atau hadits : “aku dan hari kiamat bagaikan kedua jari ini” (dan kenyataannya kiamat masih ribuan tahun setelah wafatnya Rasul saw) (Syarh Assuyuthiy Juz 3 hal 189).
Maka bila muncul pemahaman di akhir zaman yg bertentangan dengan pemahaman para Muhaddits maka mestilah kita berhati-hati darimanakah ilmu mereka?, berdasarkan apa pemahaman mereka?, atau seorang yg disebut imam padahal ia tak mencapai derajat hafidh atau muhaddits?, atau hanya ucapan orang yg tak punya sanad, hanya menukil-menukil hadits dan mentakwilkan semaunya tanpa memperdulikan fatwa-fatwa para Imam?

Walillahittaufiq

13.12.10

Fadhilat SABAR

Dari Aisyah r.aha meriwayatkan bahawa baginda Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang berlaku lemah lembut kepada ahli keluarganya, kelembutan itu akan memberi manfaat kepada ahli keluarganya. (Sebaliknya) Barangsiapa yang tidak berlemah lembut dengan ahli keluarganya, mudharat dan keburukan akan sampai kepadanya. (HR Baihaqi)
Dari Abdullah bin Umar r.a meriwayatkan bahawa baginda Rasulullah saw bersabda: ” Tiada satu tegukan yang ditelan oleh seorang hamba yang disukai oleh Allah daripada satu tegukan marah. Dia menelan kemarahan semata-mata untuk mencari keredhaan Allah.(HR Ahmad)
Dari Muaz r.a meriwayatkan bahawa baginda Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa menelan kemarahannya, sedangkan dia berkuasa untuk membalas kemarahannya itu, maka pada hari kiamat kelak, Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk dan dia diberi peluang untuk memilih bidadari mana sahaja yang dia sukai. (HR Abu Daud)
Dari Anas bin Malik r.a meriwayatkan bahawa baginda Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa menutup mulutnya, Allah akan menutup keburukannya, dan barangsiapa menelan kemarahannya, maka Allah akan menghindarkan dirinya dari azab. Dan barangsiapa menyesali daripada dosa-dosanya dan memohon ampun kepada Allah, maka Allaha kan menerima pengampunannya.” ( HR Baihaqi)

10.12.10

Dedah Aurat: Antara Tanda-tanda Akhir Zaman

Dalam proses dunia menuju kepada kehancuran, akan timbul kebanyakan wanita mendedahkan aurat mereka di khalayak ramai. Ia adalah salah satu daripada tanda-tanda dekatnya hari kiamat yang jelas sekali kelihatan. Hal tersebut jelas sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:

"Pada umatku yang akan datang nanti, ada orang-orang lelaki yang menunggang pelana kuda yang menyerupai pelana unta, lalu turun ke pintu-pintu masjid. Wanita-wanita mereka berpakaian tetapi masih bertelanjang, di mana rambut kepala mereka seperti bonggol unta yang tinggi. Maka laknatlah mereka kerana mereka adalah wanita-wanita yang terlaknat. Jika sesudah kamu nanti masih ada umat-umat lain tentunya wanita-wanita kamu akan melayani wanita-wanita mereka sebagaimana dahulu kamu dilayani oleh wanita-wanita bangsa-bangsa lain sebelum kamu."
 
(HR Ahmad)
* .....di mana rambut kepala mereka seperti bonggol unta yang tinggi". ( Zaman sekarang, ramai wanita yg berkeadaan sedemikian, cuba perhatikan kebanyakan isteri-isteri menteri kat Malaysia sebagai contoh ataupun kebanyakan wanita-wanita UMNO yang mendabik dada memperjuangkan Islam)

 
Dimaksudkan berpakaian tetapi bertelanjang ialah mereka memakai pakaian yang berbagai bentuk fesyen tetapi tidak berfungsi langsung untuk menutup aurat. Pakaian mereka tipis dan ketat sehingga menampakkan bentuk-bentuk anggota bandan seperti punggung, lengan, rambut, leher, dada, peha dan sebagainya. Keadaan wanita yang dimaksudkan ialah memperlihatkan rambut, bentuk tubuh, wajah, perhiasan-perhiasan dan gaya. Sebagaimana dinyatakan di dalam hadits ini:

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

"Di antara tanda-tanda telah hampirnya hari kiamat ialah akan timbulnya pakaian-pakaian wanita dan apabila mereka memakainya keadaannya seperti bertelanjang."


Dunia hari ini telah memaparkan kehidupan wanita-wanita bertabbaruj dan mendedahkan aurat. Mereka sering ditonjolkan melalui media massa dan dipermegahkan sebagai wanita yang berjaya di dalam kehidupan moden. Mereka muncul sebagai pengiklan fesyen pakaian dan perhiasan-perhiasan, model barangan mewah, artis, ratu cantik dan sebagainya.

Selain dari itu, tidak kurang juga wanita-wanita memakai rambut palsu, memakai selaput mata palsu, mencacah rambut, memakai dada plastik, mencukur alis mata dan sebagainya. Sesetengahnya melakukan perkara-perkara yang boleh menghilangkan sifat-sifat kewanitaan.

Sesungguhnya kelakuan wanita-wanita yang dinyatakan di dalam hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tadi adalah menyimpang dari syari'at dan peradaban. Ia juga merupakan jalan yang boleh merosakkan kehidupan orang-orang lelaki dari ajaran Islam. Timbulnya wanita-wanita bertabbaruj itu menyebabkan golongan lelaki rosak akhlak dan moral kerana tidak dapat mengawal kemahuan nafsu mereka. Inilah bencana yang paling besar berlaku di akhir zaman.

mohamadazhan

9.12.10

Bangunlah! Bertahajjud lah...!

03 Muharam 1432H
Oleh : muhamad agus syafii

Teman, Bangunlah! Bertahajudlah! Merapatkan kaki disisi Allah pada pertengahan malam. Tidak ada seorangpun mengetahui kecuali Allah. Air mata mengalir membasahi pipi dan mencuci bersih hati yang terkotori.

Berlindung dan berharap kepada Allah memenuhi segala kebutuhan mendambakan ridha Allah meridhai kita dengan kilauan cahaya disetiap wajah, anggota tubuh, istiqomah dalam beramal, ikhlas dalam hati dan senantiasa berpikir positif.

Nikmatilah! sholat malam melebihi dalam tidur lelap, sholat malam menjadikan berarti dalam hidup kita sebagai amal yang konsisten. Bahkan menjadi bagian yang tak terpisahkan. jadikan hati senantiasa gelisah karena merindukan sholat malam dan senang menyambut malam karena berdiri dihadapan Allah dengan tenang dan khusyuk.

Teman, hidupkanlah malam dengan tahajud dan berdzikir kepada Allah. Allah menggambarkan dengan indahnya bagi hamba-hambaNya yang senantiasa menunaikan sholat tahajud. 'Orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami adalah yang apabila diingatkan dengannya mereka tersungkur sujud, bertasbih, memuji Tuhan, serta tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidur mereka.' (QS. Al-Sajadah : 15-16).

26.11.10

Kelebihan Umat Muhammad SAW

Ka'bul Ahbar berkata bahawa: "Saya telah membaca kitab yang diturunkan oleh Allah S.W.T. kpd Nabi Musa a.s., yg mana Allah S.W.T. berfirman yg bermaksud:




"Wahai Musa, dua rakaat yg disembahyangkan pd waktu subuh oleh Muhammad dan umatnya, Aku mengampunkan bagi mereka (yg mengerjakan solat Subuh) semua apa-apa yg terjadi pd mlm dan siang hari, dia tetap di bawah lindunganKu."



"Wahai Musa, solat Zohor empat rakaat yg dilakukan oleh Muhammad dan umatnya, Aku akan beri kpd mereka pengampunan pd rakaat yg pertama, Aku beratkan timbangan mereka pada rakaat kedua, rakaat ketiga Aku kerahkan para malaikatKu bertasbih dan membacakan istighfar (memohon ampun) bagi mereka dan pada rakaat keempat Aku bukakan untuk mereka pintu-pintu langit sehingga para bidadari dpt mengintai mereka."



"Wahai Musa, empat rakaat solat Asar yg dilakukan oleh Muhammad dan umatnya, maka semua para malaikat di langit dan di bumi meminta ampun oleh malaikat, tidaklah Aku siksa mereka itu."



"Wahai Musa, solat Maghrib tiga rakaat yg dikerjakan oleh Muhammad dan umatnya, iaitu ketika matahari terbenam, maka Aku bukakan untuk mereka pintu-pintu langit, dan setiap sesuatu yg mereka minta pasti akan Aku berikan."



"Wahai Musa, solat Isya' empat rakaat yg dikerjakan oleh Muhammad dan umatnya ketika terbenam mega-mega merah, solat itu adalah lebih baik dari dunia dan seisinya dan juga mereka terlepas dari dosa-dosa. Mereka itu bagaikan anak yg baru lahir dari perut ibu."



"Wahai Musa, jika Muhammad dan umatnya berwudhu' sebagaimana Aku perintahkan, maka Aku berikan kpd mereka setiap titik air wudhu' itu dgn syurga yg luasnya seluas langit dan bumi."



"Wahai Musa, puasa yg dikerjakan oleh Muhammad dan umatnya dlm bulan Ramadhan selama sebulan dlm setiap tahun, maka akan Aku berikan mereka setiap satu hari puasa itu satu kota di syurga dan setiap kebaikan yg dilakukan oleh mereka , yg sunat akan diberi pahala sebesar pahal fardu. Aku berikan kpd mereka satu mlm yg bernama Lailatul Qadar, barang siapa yg membaca istighfar pd mlm itu hanya sekali tetapi dgn bersungguh-sungguh dan menyesal di dlm hatinya terhadap kesalahan-kesalahannya, apabila dia mati pd mlm itu atau pd bulan itu, maka Aku berikan pahala kepadanya pahala 30 org mati syahid."



" Wahai Musa, di antara umat Muhammad s.a.w. ada org-org yg berdiri di atas tempat-tempat tinggi utk mengumandangkan syahadat La illaha illallah, maka pahala mrk bagaikan pahala para nabi-nabi a.s. dan rahmatKu wajib ke atas mereka. Sedangkan murkaKu jauh dr mereka dan tidak akan Aku tutup bagi mereka pintu taubat selama mereka tetap bersyahadat Ashhadu an Laa illaha illallah."



badarktc

25.11.10

Manfaat Solat

Selain sebagai tuntutan agama, amalan solat juga boleh memberi kita manfaat senaman minda dan jasmani dan memberi kita jiwa yang tenang dan sabar. Pergerakan solat yang dilakukan berulang kali setiap hari mampu dan menghindar dari segala penyakit jasmani seperti lemah jantung, darah tinggi, sakit sendi, sakit tulang, sakit mata dan berbagai penyakit fizikal yang lain.

1. POSISI PERTAMA

Berdiri lurus dan kedua tangan di angkat ke atas.

FAEDAH
Badan rasa mudah menanggung berat badan kerana beratnya terletak sama rata kepada dua kaki. Belakang lurus membuatkan badan kita tidak bongkok. Fikiran dapat dikawal dan lebih fokus. Pandangan mata ke tempat sujud , otot-otot atas dan bawah bahagian belakang akan merasa tenang dan rehat. Pusat otak yang atas dan bawah bersatu.

2. POSISI KEDUA

Berdiri betul serta membaca Al-Fatihah dan Surah

FAEDAH
Menimbulkan konsentrasi minda. Merehatkan kaki serta bahagian belakang, menimbulkan rasa rendah diri, khusyuk dan tawaduk. Dalam bacaan, hampir semuanya bunyi dalam bahasa arab dituturkan, menggerakkan dan menyelerakkan semua getaran dari 99 nama Allah dalam keadaan yang terkawal dan sempurna ke seluruh badan, fikiran dan jiwa. Getaran vokal panjang a,i,u merangsang hati, kelenjar thyroid, kelenjar pineal, ritunitary, kelenjar adrenal dan paru-paru, membersihkan dan mempertingkatkan perjalanan semua anggota tersebut.

3.POSISI KETIGA

Rukuk

FAEDAH
Merenggangkan otot-otot bahagian bawah belakang, paha dan betis. Darah dipam ke badan atas. Melembutkan otot-otot perut dan buah pinggang. Lama-kelamaan perbuatan ini akan mempertingkatkan lagi peribadi, menimbulkan kebaikan hati dan mengharmonikan batin.

4.POSISI KEEMPAT

Iktidal- berdiri lurus selepas rukuk

FAEDAH
Darah yang baru bergerak masuk ke dalam semasa perbuatan rukuk kembali ke keadaan asalnya dengan membawa bahan tidak berguna iaitu sisa-sisa tubuh. Badan mendapat semula kerehatan dan melepaskan ketegangan.

5.POSISI KELIMA

Sujud

FAEDAH
Lutut terbentuk sudut tepat membangunkan otot perut dan mengelakkan perut buncit. Menambah aliran darah ke bahagian atas badan, khususnya bahagian kepala (termasuk mata, telinga dan hidung) serta paru-paru. ‘Mental toxin’ minda dibersihkan oleh darah. Menyesuaikan dan mewajarkan kedudukan janin wanita hamil. Membetulkan alat peranakan wanita. Mengurangkan tekanan darah tinggi, menambah keanjalan sendi-sendi. Menghapuskan perasaan ego dan keangkuhan. Meningkatkan kesabaran dan tawakal kepada Allah. Meninggikan maqam roh dan menimbulkan tenaga jiwa yang tinggi ke seluruh badan. Kedudukan sujud ini adalah pati ibadat solat.

6.POSISI KEENAM

Duduk di antara dua sujud

FAEDAH
Tumit kaki kanan melentur serta berat kaki sebahagian badan terletak di atasnya. Posisi ini membantu mengeluarkan racun (toksin) dari hati jasmani dan menggerakkan tindakan otot pada usus besar. Wanita membiarkan kedua kaki mereka bertapak tegak ke atas, di bawah badan mereka. Posisi tubuh badan memberikan kerehatan selesa dan gerakan ini membantu penghadaman dengan menekan kandungan-kandungan perut ke bawah.

7.POSISI KETUJUH

Sujud kedua

FAEDAH
Memberikan pernafasan, peredaran darah dan nafas serta sistem urat saraf. Memberikan keringanan pada badan kebahagiaan emosi. Pengoksidaan seluruh badan lebih sempurna. Sistem urat saraf jadi lebih seimbang.

8.POSISI KELAPAN

Bangun semula dari sujud

FAEDAH
Peredaran darah kembali ke bahagian atas tubuh. Posisi ini membantu mengeluarkan keracunan (toksin) dari hati dan mengerakkan tindakan otot pada usus besar posisi tubuh. Ini memberikan kerehatan yang selesa dan gerakan ini membantu penghadaman dengan menekan kandungan-kandungan dalam perut ke bawah.

Sumber shima-ku, Perkongsian @ www.isuhangat.net. Mari kita solat 5 waktu dengan di tambah solat-solat sunat. Wallahualam.

21.11.10

Ustaz Fitri Abdullah (Bekas Mubaligh Hindu) - sejarah hidup mencari Tuhan

Ustaz Fitri Abdullah (Bekas Mubaligh Hindu) - sejarah hidup mencari Tuhan from manchuping on Vimeo.



Ustaz Fitri Abdullah (Bekas Mubaligh Hindu) - sejarah hidup mencari Tuhan 2 from manchuping on Vimeo.

Ustaz kazim Elias - Kerja Bukan Sekadar Mencari Rezeki

Ustaz Kazim Elias - Kerja Bukan Sekadar Mencari Rezeki (Bhg. 1) from manchuping on Vimeo.




Ustaz Kazim Elias - Kerja Bukan Sekadar Mencari Rezeki (Bhg. 2) from manchuping on Vimeo.

Dato' Dr. Haron Din - KEMATIAN

Dr. Haron Din - Kematian from manchuping on Vimeo.

9.11.10

Ulama' Akhirat & Ulama' Dunia

Sifat-sifat Ulamak Akhirat:

Dan bagi alim akhirat ada tanda-tandanya yang dapat dilihat.
 
Tidaklah
ia menuntut dunia, dengan ilmunya akan masalah-masalah agama. Bahwa tidaklah berlainan kata-katanya dengan perbuatannya. Dan pada perkara perintah , dialah yang mula-mula beramalnya. Dan pada larangan , dialah yang mula-mula menghindarinya. Dan adalah ia mementingkan ilmu yang nyata membawa gemar kepada taat. Dan ia menjaga dirinya dari ilmu yang melulu membanyakkan kata-kata yang sia-sia dan yang menghiasi perdebatan. Dan ia menjauhi berpoya-poya tentang makan. Berbagus-bagus pada perabot dan rumahtangga. Dan menjauhkan bersenang-lenang dan berhias-hias dengan pakaian. Dan cenderung ia kepada redho pada apa yang ada (qana'ah). Dan menjauhi diri ia dari menggauli sulthan (pemerintah) , dengan erti tidaklah ia masuk walaupun satu hari kecuali untuk menasihati atau menolak zalim atau memberi pembelaan terhadap apa-apa yang membawa kepada redho Allah. Maka bolehlah masuk. Dan terhadap Fatwa-fatwa, tidaklah ia ceroboh . Dan dikatakannya : {Tanyakanlah hal ini kepada orang yang ahli}. Tidak mau ia berijtihad kalau belum keadaan menentukan harus begitu dan dikatakannya {Saya tidak tau} , bila hal tersebut tidak mudah baginya . Dan bertujuan ia dengan ilmunya untuk mencapai kebahagiaan Akhirat yang besar. Dengan demikian , yang dipentingkannya adalah ilmu batin dan meneliti persoalan hati ,dan keselamatan hatinya dibuat segala macam siasah ( gaya tarbiyah) ................
-Hidayatul Azkiya ila Thoriqotil Awliya - Shaikh Zainuddin al Malibaari.

Sifat-sifat ulamak Dunia:

"Ulamak dunia,
Iaitu ulamak yang Jahat. Tujuan mereka dengan ilmunya untuk mendapatkan kesenangan dunia, dan mendapatkan kemegahan dan kedudukan disisi ahli dunia".
- Hidayatul Azkiya ila Thoriqotil Awliya-

Imam al-Ghazali menyebut dalam kitab Bidayatul Hidayah beliau:

Sifat Ulamak dunia atau sifat ulamak suu atau ulamak jahat.

" Dan orang yang ketiga ialah orang yang telah berpengaruh syaitan atasnya. maka dijadikan Ilmunya perantaraan untuk menimbun harta-benda dan berbangga-bangga dengan pengaruh dan jadi mulia dengan sebab banyak pengikut dan menipu ia dengan ilmunya akan segala tipuan, kerana mengharap berhasil segala hajat nya pada dunia. Dalam masa yang sama tersemat dalam hatinya merasa bahwa ia disisi Allah mempunyai kemuliaan dan kedudukan, kerana dia sudah bergaya dengan gaya ulamak , dan berasmi dengan adat ulamak pada uniform , tingkah-laku dan cara berbicara, padahal dia dengan zahir dan batinnya serentak telah melompat kepada dunia belaka. 

Maka inilah orang yang termasuk dalam golongan orang yang binasa dan orang kurang akal yang terpedaya. Kerana harapan untuk bertaubat telah putus darinya. Sebab pada sangkaannya dia sudah tergolong dikalangan orang yang baik-baik. Tetapi dia lalai dari memerhatikan firman Allah " Hai orang yang beriman , mengapa kamu katakan suatu perkara padahal kamu tidak lakukannya?". Dan dia sudah termasuk dalam status yang disabdakan Nabi s.a.w " Ada sesuatu yang lebih daku bimbangkan atas kamu lebih dari Dajjal. maka sahabat bertanya " Apakah itu Ya Rasulullah?". Sabdanya "Ulama yang jahat".

4.10.10

Rujukan Khusus Untuk Melayu Islam Yang Jahil Di P.Pinang!!!

"http://ustadchandra.files.wordpress.com/2010/01/qaradawi.jpgSyeikh al-Qaradawi ketika membicara hal pengagihan wang haram berkata :

إذن ما دام هو ليس مالكا له, جاز له أخذه والتصدق به على الفقراء والمساكين أو يتبرع به لمشروع خيري
Ertinya : Oleh itu, selagi wang haram (yang dimiliki seseorang itu tidak diiktiraf oleh syaraa' sebagai miliknya), harus bagi pemegang itu untuk ambilnya dan disedeqahkan kepada faqir miskin atau didermakan kepada projek-projek kebaikan (untuk maslahat umum). (Fatawa Mu'asiroh, 1/606)


RINGKASAN DALIL

Terdapat banyak sekali dalil yang dijadikan sandaran oleh majoriti ulama, terdiri dari hadis-athar, qiyas dan logik aqal. Antara hujjah yang dipegang bagi mengharuskan ‘derma' wang haram yang tidak diketahui tuannya, cukup sekadar memaklumkan beberapa secara ringkas:-

1. Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq r.a pernah bertaruh (di awal Islam) dengan seorang Musyrik (yang mencabar ketepatan Al-Quran dari surah Ar-Rum ayat pertama dan kedua yang mengisyaratkan kejatuhan Rom) iaitu kerajaan Rom akan tewas. Kemudian apabila Rom benar-benar jatuh, Sayyidina Abu Bakar dikira sebagai pemenang dan telah memperolehi harta pertaruhan itu (ianya haram kerana judi dan tujuan Abu Bakar hanyalah untuk membuktikan kebenaran al-Quran). Apabila Sayyidina Abu Bakar datang kepada Rasulullah s.a.w menceritakan perihal harta perolehan pertaruhan itu, Rasulullah bersabda :
هذا سحت فتصدق به Ertinya : Ini kotor, sedeqahkan ia. (At-Tirmizi . 16/22 ; At-Tirmizi : Sohih)

Selepas peristiwa ini, barulah turun perintah pengharaman judi secara sepenuhnya sekalipun dengan orang kafir. (Tafsir At-Tabari, 20/16) Kisah ini dengan jelas menunjukkan Nabi tidak mengarahkannya dikembalikan kepada si Kafir, tetapi disedeqahkan untuk tujuan umum dan kebaikan ramai.

2. Selain itu, hujjah utama para ulama dalam hal mendermakan wang haram seperti wang rasuah yang dibawakan oleh Ibn Lutaibah, Nabi meletakkan wang ini di baitul mal dan diagihkan kemudiannya kepada faqir miskin dan kepentingan awam.[4]

3. Terdapat juga athar dari Ibn Mas'ud yang diriwayatkan oleh Al-Bayhaqi 6/188 dan banyak lagi.

KESIMPULAN

Warga emas, faqir dan miskin di pulau pinang dan mana-mana negeri dan Negara lain, DIHARUSKAN untuk menerima sumbangan dari mana-mana kerajaan negeri, syarikat dan individu selagi mana harta mereka (pemberi sumbangan) itu bercampur antara wang halal dan haram. atau dalam kata lainnya, harta mereka masih ada yang neutral dan halal.

Sekiranya mereka ingin memulangkan semula wang tersebut, itu juga harus hukumnya. Kerajaan negeri boleh selepas itu memberikan sumbangan dari poket kanan mereka dan wang dipulang itu masuk poket kiri kerajaan. Ia akan jadi sama sebenarnya.

Sebaiknya penyumbang tidak kira kerajaan, syarikat dan sepertinya; tidak mendedahkan sumber pemerolahan harta yang disumbang agar tidak mengelirukan penerima sebagaimana kes yang berlaku ini.
Mereka juga HARUS untuk menerima wang sumbangan dari penyumbang tadi, walaupun jelas ia adalah dari hasil yang haram seperti judi lumba kuda rasuah, riba dan sebagainya. Tiada kotor pada wang yang diterima oleh mereka, kerana mereka adalah penerima yang diiktiraf oleh syara'.

Manakala dosa hasil dari pemerolehan wang itu hanya ditanggung oleh pelaku dosa dan ia tidak merebak kepada penerima dari kalangan faqir miskin dan yang memerlukan.

Jika dilihat dari sudut hukum dan agama, warga yang menerima sumbangan terbabit TIDAK PERLU SAMA SEKALI memulangkan semula wang yang diterima.

Namun jika dilihat dari strategi politik pihak tertentu, tindakan tersebut di luar fokus artikel ini.

2.10.10

Jika belum ajal...

Apa yang menarik tentang Sultan Muhammad Ke-V : Sultan Kelantan


Selepas ini, Tuanku tidak akan menggunakan nama Tuanku Faris kerana selepas ini Sultan Kelantan yang baru ini akan dipanggil dengan panggilan Sultan Muhammad ke V. Selepas ini juga, tiada lagi seruan “Daulat Tuanku” yang mana ia telah digantikan dengan seruan “Allahu Akbar”. Ini antara pembaharuan yang dibuat oleh tuanku.

■Kalau anda berkeinginan menjadi makmum kepada Sultan Muhammad ke V semasa solat Zohor dan Asar, boleh datang ke Masjid Muhammadi, Kota Bharu, Kelantan

■Tuanku sering turun ke daerah-daerah untuk mendirikan solat Jumaat secara rambang tanpa memberitahu terlebih dahulu kepada imam atau pembesar setempat. Cara begitu untuk membolehkan baginda mengetahui realiti sebenar masjid berkenaan dan tidak mahu menyusahkan rakyat menyambut keberangkatannya

■Baginda juga pernah bersama rakyat jelata lain melakukan korban Aidiladha. Apa yang membuatkan kami teruja sebagai orang luar Kelantan, diceritakan baginda sendiri yang melakukan penyembelihan. Darah lembu yang memercik ke jubah baginda dilihat rakyat sebagai sesuatu yang “indah” dan di situlah letaknya ketinggian budi dan kebesaran hati Tuanku sebagai seorang raja yang sedang memimpin rakyat Kelantan

■Baginda juga tidak mementingkan protokol dan sentiasa membuat lawatan dalam keadaan mengejut. Kalau nak cerita banyak tempat, kejadian dan situasi di sini.

■Jubah beserta dan kopiah menjadi pakaian kegemaran Tuanku

■Istana Telipot bersebelahan dengan masjid Telipot yang mana Istana tersebut merupakan kediaman Tuanku sebelum bergelar Sultan Kelantan. Kalau melihat sebelum ini Tuanku berjalan kaki ke masjid adalah perkara biasa bagi penduduk di sekitarnya.

■Dikatakan, jikalau Tuanku sedang mempengerusikan mesyuarat dan apabila tiba sahaja masuk waktu solat, baginda akan menghentikan mesyuarat selama setengah jam untuk menunaikan solat.

Itu pun masih ada yang “iri hati” dan berfikiran tidak baik terhadap Tuanku. Ehem….
Raja sebegini pasti “rakyat akan peluk selalu”. Bagi kami, Sultan Muhammad ke V bukannya hilang protokol tetapi lebih berjiwa rakyat dan memahami tugas sebagai hamba di sini Allah S.W.T.

Sebenarnya Lim Guan Eng lebih tahu tentang halal dan haram berbanding UMNGOK dan MUFTA2nya

Tindakan penerima wang bantuan kerajaan Pulau Pinang memulangkan kembali wang tersebut boleh dinilai dari dua sudut iaitu sudut politik dan sudut agama atau hukum. Saya tidak berhasrat menyentuh isu terbabit dari sudut politik kerana ia bukan bidang saya. Cuma jika, tindakan tersebut jika dijadikan ikutan, nanti kita akan dapat melihat kebanyakan orang miskin di Malaysia memulangkan wang bantuan yang diberikan oleh kerajaan negeri, kerajaan pusat dan syarikat. Ini kerana sebahagian pendapatan kerajaan negeri dan pusat juga adalah dari sumber haram seperti cukai pusat judi, pelaburan haram, riba, pusat hiburan, rumah urut ‘pelacuran' dan sebagainya. Justeru bantuan mungkin sahaja diambil dari wang haram tersebut.

DARI SUDUT HUKUM

Jika dilihat dari sudut hukum, jika tindakan warga emas tersebut dibuat atas dasar kononnya wang dipulang kerana ia tidak bersih dan haram, kepercayaan warga emas tersebut adalah SALAH lagi terkeliru dengan cakap-cakap orang yang tiada memahami hukum Islam. Ini kerana dari sudut hukum, faqir dan miskin HARUS menerima sebarang sumbangan yang diberikan oleh pihak kerajaan negeri, walaupun diketahui kerajaan negeri mempunyai sumber wang yang HARAM.

Fakta berikut perlu difahami:

1. Wang kerajaan negeri Pulau Pinang ( dan lain-lain tentunya) adalah bercampur.

Para ulama telah membahaskan persoalan penerimaan sumbangan, derma atau menikmati juadah makanan dari individu yang mempunyai pendapatan bercampur antara halal dan haram. Majoriti ulama telah sepakat bahawa selagi mana harta si pemberi itu bercampur selagi itulah kita orang biasa boleh menerima hadiah, sumbangan, derma, menikmati makanan yang disediakan mereka.

Hal yang sama terpakai untuk sesebuah syarikat dan kerajaan, selagi sumber perolehan mereka bercampur, selagi itu HARUS untuk kita menerima gaji atau upah atau apa jua dari kantung mereka, selagi tugas dan cara kita memperolehinya adalah betul. Itu adalah hukum untuk orang biasa, maka jika penerima itu adalah warga yang memerlukan seperti faqir dan miskin, ia sudah tentu jauh lebih jelas KEHARUSANNYA. Malah terdapat dalil yang jelas berkenaan keharusan terbabit. Kes yang sama terpakai untuk kerajaan pusat yang menerima sumber pendapatan dari sumber judi, riba, arak, babi, rumah urut pelacuran dan sebagainya. Selain itu, juga turut menerima sumber halal seperti hasil minyak, jualan komoditi dan sebagainya.

2. Wang itu sendiri tidak najis atau haram pada zatnya.

Wang dan harta hanya dikira haram atau halal pada cara mendapatkannya dan membelanjankannya, ia dinamakan haram dari sudut hukmi bukan ‘hissi'. Ia tidak berpindah dari seorang kepada yang lain. Ia bukan seperti najis yag berpindah apabila disentuh oleh seeorang.

3. Bagaimana jika benar-benar sumbangan dari terus dari kantung wang judi, riba dan rasuah?.

Jika keadaan itu berlaku, ia masih lagi HARUS DITERIMA oleh Faqir, miskin dan digunakan untuk maslahat umum seperti sumbangan warga emas, pembinaan jalanraya, pembersihan dan sebagainya. Itu adalah ijtihad majoriti mazhab silam dan ulama kontemporari. Termasuklah, Majlis Fiqh Antarabangsa OIC, Majlis Fatwa Eropah, Majma Buhuth Mesir[1], Al-Lajnah Al-Daimah, Arab Saudi[2] dan ribuan ulama perseorangan seperti Imam Al-Ghazali, Imam An-Nawawi, Syeikh Al-Qaradawi , Syeikh Az-Zarqa[3], Syeikh Faisal Al-Maulawi dan ramai lagi. Derma bagi wang haram tidak mampu dipulangkan semula kepada tuannya ini hendaklah disedeqahkan kepada orang faqir miskin telah difatwakan harus oleh majoriti mazhab utama Islam ( Hasyiah Ibn ‘Abidin, 6/443 ; Fatawa Ibn Rusyd, 1/632 ; Al-Qawaid, Ibn Rejab, hlm 225 ).

Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia juga memfatwakan keharusannya pada tahun 2009. Buka teks fatwa di sini

PANDANGAN ULAMA MAZHAB

Ulama hanafi menyebut :-

والملك الخبيث سبيله التصدق به, ولو صرف في حاجة نفسه جاز . ثم إن كان غنيا تصدق بمثله

Ertinya : Pemilikan kotor ( haram) jalan keluarnya adalah disedeqahkannya, malah jika pemilik itu seorang faqir), ia bleh mengambil untuk dirinya sendiri, kemudian, jika selepas itu dia menjadi kaya, hendaklah dia mendermakan wang haram (yang pernah diambilnya sewaktu miskin dahulu) ( Al-Ikhtiyar Li Ta'lil al-Mukhtar, 3/61)

Ulama mazhab Maliki seperti Al-Qarafi dan Ad-Dawudi menjelaskan wang haram tidak hanya terhad untuk diberikan kepada faqir dan miskin sahaja tetapi juga apa-apa pembangunan dan kegunaan yang memberi manfaat kepada umum menurut budi bicara dan penilaian pemerintah adil. Jelasnya, mazhab maliki juga setuju faqir, miskin malah warga emas yang memerlukan boleh menerima wang sedemikian tanpa masalah. ( rujuk Al-Dzakhirah, 5/69)

Ulama Mazhab Syafie, Imam An-Nawawi menukilkan kata-kata Imam al-Ghazali yang berkata:

وإذا دفعه - أي المال الحرام- إلى الفقير لا يكون حراماً على الفقير , بل يكون حلالا طيبا

Ertinya : sekiranya wang haram itu diberikan kepada faqir miskin, ia tidaklah haram ke atas faqir ( dan miskin), bahkan ia adalah halal lagi baik untuk mereka. ( Al-Majmu' , 9/428)

Imam A-Ghazzali juga menjawab keraguan beberapa ulama lain :-

وقول القائل: لا نرضى لغيرنا ما لا نرضاه لأنفسنا فهو كذلك ولكنه علينا حرام لاستغنائنا عنه وللفقير حلال إذا حلّه دليل الشرع وإذا اقتضت المصلحة التحليل وجب التحليل

Ertinya : Menjawab kata-kata orang yang berkata : "Kita tidak sepatutnya redha untuk diberikan kepada orang lain sesuatu yang kita tidak redha untuk kita". Memang benar sebegitu, namun dalam kes wang haram yag dimiliki, ia haram ke atas diri kita (pemilik) untuk menggunakannya, namun ia bagi faqir, miskin adalah halal, kerana telah ada dalil syara' yang menghalalkannya dan di ketika wujud kebaikan dari pemberian tersebut (kepada penerima), maka wajiblah diberikan. (Ihya Ulumiddin, 2/212)

Syeikh al-Qaradawi ketika membicara hal pengagihan wang haram berkata :

إذن ما دام هو ليس مالكا له, جاز له أخذه والتصدق به على الفقراء والمساكين أو يتبرع به لمشروع خيري

Ertinya : Oleh itu, selagi wang haram (yang dimiliki seseorang itu tidak diiktiraf oleh syaraa' sebagai miliknya), harus bagi pemegang itu untuk ambilnya dan disedeqahkan kepada faqir miskin atau didermakan kepada projek-projek kebaikan (untuk maslahat umum). ( Fatawa Mu'asiroh, 1/606)

RINGKASAN DALIL

Terdapat banyak sekali dalil yang dijadikan sandaran oleh majoriti ulama, terdiri dari hadis-athar, qiyas dan logik aqal. Antara hujjah yang dipegang bagi mengharuskan ‘derma' wang haram yang tidak diketahui tuannya, cukup sekadar memaklumkan beberapa secara ringkas:-

1. Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq r.a pernah bertaruh (di awal Islam) dengan seorang Musyrik (yang mencabar ketepatan Al-Quran dari surah Ar-Rum ayat pertama dan kedua yang mengisyaratkan kejatuhan Rom) iaitu kerajaan Rom akan tewas. Kemudian apabila Rom benar-benar jatuh, Sayyidina Abu Bakar dikira sebagai pemenang dan telah memperolehi harta pertaruhan itu (ianya haram kerana judi dan tujuan Abu Bakar hanyalah untuk membuktikan kebenaran al-Quran). Apabila Sayyidina Abu Bakar datang kepada Rasulullah s.a.w menceritakan perihal harta perolehan pertaruhan itu, Rasulullah bersabda :

هذا سحت فتصدق به

Ertinya : Ini kotor, sedeqahkan ia. (At-Tirmizi . 16/22 ; At-Tirmizi : Sohih)

Selepas peristiwa ini, barulah turun perintah pengharaman judi secara sepenuhnya sekalipun dengan orang kafir. (Tafsir At-Tabari, 20/16) Kisah ini dengan jelas menunjukkan Nabi tidak mengarahkannya dikembalikan kepada si Kafir, tetapi disedeqahkan untuk tujuan umum dan kebaikan ramai.

2. Selain itu, hujjah utama para ulama dalam hal mendermakan wang haram seperti wang rasuah yang dibawakan oleh Ibn Lutaibah, Nabi meletakkan wang ini di baitul mal dan diagihkan kemudiannya kepada faqir miskin dan kepentingan awam.[4]

3. Terdapat juga athar dari Ibn Mas'ud yang diriwayatkan oleh Al-Bayhaqi 6/188 dan banyak lagi.

KESIMPULAN

· Warga emas, faqir dan miskin di pulau pinang dan mana-mana negeri dan Negara lain, DIHARUSKAN untuk menerima sumbangan dari mana-mana kerajaan negeri, syarikat dan individu selagi mana harta mereka bercampur antara wang halal dan haram.

· Sebaiknya penyumbang tidak kira kerajaan, syarikat dan sepertinya; tidak mendedahkan sumber pemerolahan harta yang disumbang agar tidak mengelirukan penerima sebagaimana kes yang berlaku ini. Sekiranya mereka ingin memulangkan semula wang tersebut, itu juga harus hukumnya. Kerajaan negeri boleh selepas itu memberikan sumbangan dari poket kanan mereka dan wang dipulang itu masuk poket kiri kerajaan. Ia akan jadi sama sebenarnya.

· Mereka juga HARUS untuk menerima wang sumbangan dari penyumbang tadi, walaupun jelas ia adalah dari hasil yang haram seperti judi lumba kuda rasuah, riba dan sebagainya. Tiada kotor pada wang yang diterima oleh mereka, kerana mereka adalah penerima yang diiktiraf oleh syara'. Manakala dosa hasil dari pemerolehan wang itu hanya ditanggung oleh pelaku dosa dan ia tidak merebak kepada penerima dari kalangan faqir miskin dan yang memerlukan.

· Jika dilihat dari sudut hukum dan agama, warga yang menerima sumbangan terbabit TIDAK PERLU SAMA SEKALI memulangkan semula wang yang diterima.

· Namun jika dilihat dari strategi politik pihak tertentu, tindakan tersebut di luar fokus artikel ini.


Sekian

Zaharuddin Abd Rahman

www.zaharuddin.net

30 Sept 2010

18.9.10

Memotong kuku dan rambut ketika junub

Telah disebut dalam kitab syarah Iqna' matan kepada Abi Syuja' kitab fekah dlm mazhab Syafie :Imam Ghazali berkata dalam kitab Ihyaa Ulumuddin:

"Tidak boleh mencukur, memotong kuku, mencukur bulu ari2, mengeluarkan darah atau memotong sebahagian anggotanya dalam keadaan berjunub. Ini kerana seluruh anggotanya anggota badannya akan dikembalikan diakhirat yg menyebabkan anggota yg dipotong ketika junub akan kembali dalam keadaan berjunub. Dikatakan: Sesungguhnya setiap bulu akan menuntut hak jenabah mereka"





Syeikh Atiah berkata: "Kenyataan ini tidak bersandarkan kepada dalil yg melarang melakukan perkara demikian ketika berjunub. Tidak wujud juga dalil yg mengatakan anggota yg dipisahkan ketika berjunub akan menuntuk haknya pada hari kiamat."


Imam as-Safarini telah berkata dlm kitabnyaa ghizaul albab: "Imam Ibnu Taimiah telah diajukan soalan seumpama ini dan menjawab(ini adalah dalil2 yg menunjukkan boleh memisahkan anggota ketika berjunub):


1. Telah datang hadis Nabi s.a.w berkata ketika Abu Hurairah malu berjumpa dgn Nabi ketika berjunub:

إن المؤمن لا ينجس حيا ولا ميتا
Maksudnya: "Sesungguhnya orang beriman tubuhnya bukan najis hidup atau mati."

(ini menunjukkan suruhan mandi dan wuduk bukan kerana anggota manusia itu najis ketika berjunub tetapi sekadar suruhan ta'abbudi. jadi tidak ada maslah nak memisahkan anggota seperti rambut ketika berjunub)


2. Nabi s.a.w bersabda kepada orang yg masuk Islam:

ألق عنك شعر الكفر واختتن
Maksudnya: "Buanglah rambut kekufuran kamu dan berkhatanlah." Disini Nabi s.a.w menyuruh orang yang baru masuk Islam utk buang rambut dan berkhitan. Nabi s.a.w tidak menyuruhnya untuk mandi dulu sebelum buang rambut dan berkhitan. Umumnya sabda Nabi s.a.w menunjukkan boleh mendahulukan mana2 yg dikehendaki.


3. Wanita yg berhaid disuruh menyikat rambutnya ketika mandi sedangkan bersikat boleh mengugurkan rambutnya. Maka ini menunjukkan tidak makruh yang demikian.


4. Apa yg disebut berkenaan dgn anggota yg terpisah meminta haknya di hari kiamat itu adalah dalil yg tidak ada sandaran dari mana2 kitab suci Al-Quran atau Hadis.


5. Ata' berkata: "Orang berjunub boleh berbekam, memotong kukunya dan mencukur kepalanya sekalipun tidak berwuduk." (HR Bukhari) Syeikh Atiah Saqor berkata: "Oleh kerana yg demikian tidak dilarang memotong rambut dan kuku ketika sedang berjunub."

16.9.10

Video Yang Patut Kita Tonton


Mashaallah... betapa jauh bezanya sikap Lim Guan Eng ini... anda lihat sendiri...

*cuba anda dengar betul2.. LGE ada menyebut "insyaallah" dalam video ini

Sumber: loveperak.blogspot.com

31.8.10

Keindahan Islam : Masjid Untuk Semua

Pendekatan bertugas Ahli Parlimen Serdang, Teo Nie Ching yang masuk ke Surau Al-Huda di Kajang, 22 Ogos lalu semata-mata untuk memenuhi permohonan bantuan surau dan menyerahkan kepada pihak terbabit serta menyampai ucapan berhubung program pendidikan Kerajaan Negeri Selangor dilihat sudah dipromosi secara salah oleh pihak tertentu. Menyebabkan terbongkar satu lagi kejahilan amalan beragama sesetengah orang Melayu yang beragama Islam secara “keturunan.”

Rasa sedikit pilu atas keserlahan kejahilan beragama itu turut dirasai oleh Menteri Besar Kelantan, Tuan Guru Dato’ Nik Abdul Aziz Nik Mat.  Menurut Tuan Guru Nik Abdul Aziz, isu bukan Islam memasuki masjid bukan satu kesalahan dalam Islam kerana pendekatan itu merupakan antara kaedah yang diguna Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan mesej dakwah. Namun, menurut Tuan Guru ia menjadi bising kerana sentimen politik mengatasi kefahaman agama Islam yang murni. Oleh kerana hubungan kita dengan Islam semakin jauh, belajar pun tidak, maka bila tiba perkara-perkara macam ini, terus timbul masalah.

Menurut Tuan Guru lagi sepertimana dipetik Rizal (Harakahdaily 28 Ogos 2010), “kalau kita balik dari sejarah asal, ramai dari penduduk Arab Qurasy yang kafir datang jumpa Nabi. Nabi letak dalam masjid, mereka tidur dalam masjid, makan dalam masjid, bahkan kencing dalam masjid. Menjauhkan orang bukan Islam dengan masjid adalah budaya kita sahaja, bukan ajaran nabi.”

Benarkah mereka ini jahil?
Kejahilan amalan beragama sesetengah orang Melayu yang beragama Islam secara “keturunan” dapat dibaca secara terbuka, terang dan nyata. Antaranya dalam Utusan Online (27 Ogos 2010) menyiarkan kenyataan jahil tuke, seorang pejuang Melayu (bukan pejuang agama) merangkap Yang Dipertua kepada sebuah pertubuhan (peringkat Negeri Selangor) yang ada kaitan dengan pejuang Melayu Pasir Mas ada berkata, pihaknya memandang serius tindakan Nie Ching kerana ia bukan sahaja bertentangan dengan titah Sultan Selangor berhubung larangan menggunakan masjid dan surau untuk tujuan politik sebelum ini. Lalu menganggap tindakan ahli parlimen itu bertentangan dan menyalahi hukum kerana orang bukan Islam tidak boleh memasuki ruang solat masjid atau surau apatah lagi untuk menyampaikan ceramah kepada umat Islam. Lantas menyifatkan ia betul-betul satu penghinaan yang amat besar kepada umat Islam apabila ada seorang bukan Islam yang keadaannya tidak 'bersih' memasuki ruang solat utama surau berkenaan untuk mengadakan majlis dan membuat ucapan di situ. Malah turut mempersoalkan pula tindakan Teo Nie Ching itu, apakah kerana politik, maka hukum dan larangan orang bukan Islam masuk ke dalam ruang solat masjid dan surau boleh dihalalkan.  Semua kenyataan itu disiarkan secara terang (bercetak) oleh akhbar Utusan Malaysia (28 Ogos).

Turut disiarkan oleh akhbar yang sama ialah selaran oleh individu yang mengaku sebagai pengerusi kepada majlis gabungan pertubuhan tertentu (juga peringkat Negeri Selangor) dan sasarannya ialah menyelar tindakan pihak jawatankuasa surau Al-Huda ekroan berita membiarkan orang kafir (mungkin dimaksudkan kepada ahli parlimen Serdang) yang memasuki ruang solat dan memberikan ucapan dalam rumah ibadat itu. Selarannya itu turut dipetik sebagai berkata, sebagai pihak yang bertanggungjawab menjaga dan menguruskan aktiviti surau terbabit, barisan jawatankuasa surau itu seharusnya bersikap lebih peka dan sensitif dalam hal melibatkan persoalan agama. Lalu mengaitkan peristiwa (dimaksudkan kepada orang kafir masuk surau) itu dengan persoalan, adakah ideologi politik yang menjadi kepercayaan ahli-ahli PAS yang dikatakan berada dalam surau berkenaan melebihi daripada hukum dan larangan yang ditetapkan oleh ajaran Islam. Kemudian menyindir tindakan ahli politik (ahli parlimen wanita yang dimaksudkan itu mungkin Teo Nie Ching) dengan penegasan, “jika mahu memberikan bantuan atau mengadakan ucapan, kenapa tidak pilih saja tempat lain, kenapa perlu diadakan di dalam ruang solat surau berkenaan."

Kenyataan mengejutkan
Sesuatu yang mengejutkan ialah kenyataan salah seorang pihak berkuasa mengurus agama di Negeri Selangor (bukan Datuk Dr. Hasan Mohamed Ali) yang telah membuat siasatan ke atas kes ahli parlimen wanita bukan Islam memasuki surau al-Huda sebagai benar berlaku (Utusan Malaysia 28 Ogos), lalu pihaknya membuat keputusan untuk mengambil alih Surau al-Huda dan mengurus pentadbrian surau itu serta merta.

Jika kenyataan itu diamati, maka orang awam akan memahaminya sebagai suatu kesalahan besar bagi mana-mana pihak yang mentadbir masjid atau surau menerima kehadiran orang politik (bukan Islam) menyampaikan sumbangan dan berucap dengan menyentuh program Kerajaan Negeri Selangor. Maka layak dipersoalkan, apakah hukum (fatwa) menerima sumbangan dan ucapan dari orang politik di atas masjid? Atau apakah hukumnya orang bukan Islam hadir ke dalam masjid untuk menyampai sumbangan dan berucap? Implikasinya, jika hukum (fatwa) yang dipakai bagi kedua-dua keadaan itu adalah hukumnya haram, nyatalah ajaran Islam yang dianuti itu bukan menggambarkan keterbukaan Islam dan hakikat Islam itu bukan indah dan bukan untuk semua kaum. Natijahnya pendirian hukum itu boleh disifatkan batil.

Tidak mengejutkan
Di sebalik ada tindak balas sepertimana di atas, ada pula tindakan pemimpin cabang pemuda Umno Selangor (Bernama 28 Ogos) yang menganggap pendekatan ahli parlimen Serdang itu sebagai “mengancam ketenteraman awam dan keselamatan negara.” Kenyataan itu tidaklah mengejutkan kita kerana memang Umno berkarat memperjuangkan sentimen kaum Melayu.

Kenyataan hampir sama dengan ulasan ketua cabang wanitanya (Utusan Malaysia 28 Ogos) yang menganggap pendekatan ahli parlimen wanita (katanya dari DAP) itu adalah “menifestasi kebiadapan” pemimpin pembangkang kepada umat Islam. Persoalannya, adakah memberi sumbangan dan menceritakan program Kerajaan Negeri Selangor sebagai suatu kebiadapan? Mungkin bagi mereka (dua pemimpin Umno itu) rumah Allah (masjid, surau dan madrasah) hanya layak dimasuki orang Melayu sahaja. Lalu mata dacingnya begitu sensitif seakan-akan ahli parlimen (seorang dari kaum Cina) sudah menghunus senjata kepada pemimpin 1Malaysia. Jika demikian benarnya apa yang dipetik oleh Bernama (29 Ogos) itu, maka memang parah pemikiran 1Malaysia pemimpin generasi baru Umno, sampai gopoh begitu sekali!

Penjelasan tuan terbabit
Sehubungan dengan beberapa ulasan dan kenyataan yang mensasarkan kepada ahli parlimen Serdang itu, maka tuan punya diri (Teo Nie Ching) telah menjawabnya seperti dilapor menerusi blognya (http://www.wretch.cc/blog/teonieching/21522314). Antaranya beliau mengeaskan kunjungannya ke Surau Al-Huda, Kajang bertujuan menghulurkan bantuan berbentuk sumbangan kerajaan untuk memperbaiki pagar surau, dan berbuka puasa bersama ahli jawatankuasa dan jemaah surau.

“Oleh kerana saya telah dijemput untuk memberi sepatah dua kata, saya dengan secara ikhlas memberikan sedikit penjelasan mengenai program pendidikan kerajaan negeri yang memanfaatkan rakyat Selangor.

“Saya menyesal bahawa perkara ini telah menimbulkan perasaan keresahan antara umat Islam negara kita dan isu ini telah diperhangatkan oleh pihak-pihak tertentu atas sebab-sebab politik.

“Saya ingin menegaskan secara ikhlas dan murni bahawa lawatan saya ke Surau Al-Huda tidak berniat politik, dan tidak bermotif untuk menyebabkan kesucian surau dan masjid dipersoalkan.”

Berdasarkan pengakuan di atas, apakah pengadilan yang harus diberikan kepada ahli parlimen Serdang itu? Ataukah kita menerima apa yang dilaporkan media dan menganggap segala kecaman serta amaran daripada pelbagai pihak itu sesuatu yang benar dan adil? Hanya kerasionalan mampu menterjemahkan sesuatu yang benar dan adil.

Kes sama dihadapi Jayakumar
Pengarang Utusan Malaysia sebelum ini (5 November 2009) turut melaporkan cerita yang sama melibatkan sebuah masjid di Taman Sri Andalas, Klang yang membenarkan Ahli Undangan Negeri (Adun) Seri Andalas, Dr. Xavier Jayakumar berucap di dalam masjid. Lalu dikatakan seorang ketua bagi pihak berkuasa agama menegaskan, “orang bukan Islam tidak boleh memasuki masjid kerana mereka dikategorikan sama seperti wanita didatangi haid.” Kenyataan itu berbau hukum (fatwa) sahih kerana membuat analogi yang tepat, iaitu Islam melarang wanita berhaid masuk dalam masjid.

"Orang bukan Islam dibenarkan datang dan melawat masjid tetapi tidak boleh masuk dewan utama solat, lebih-lebih lagi berucap di tempat kita bersolat.”

Realitinya, Jayakumar hanya hadir berucap pada majlis berbuka puasa dan penyampaian sumbangan dibuat di dalam masjid (pada 31 Ogos 2009). Peristiwa itu seakan sama dengan apa yang dihadapi Teo Nie Ching. Apapun, tindakan pihak berkuasa agama itu adalah seakan menyokong memorandum Pemuda UMNO ketika itu yang dikatakan melihat tindakan Jayakumar itu hanya boleh berucap di pekarangan masjid tanpa perlu menggunakan dalam masjid.

Fatwa bukan Islam boleh masuk masjid
Apa yang difahami daripada beberapa kenyataan pemimpin Umno, pihak berkuasa agama mahupun beberapa penulisan yang termuat dalam Utusan Malaysia (akhbar Penyebar Fikiran Rakyat) pada 30 Ogos 2010 dilihat menyerang Menteri Besar Kelantan, Tuan Guru Nik Abdul Aziz adalah bercanggah dengan fatwa yang dikeluarkan Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia. Malah kesan daripada kenyataan dan penulisan itu secara terang telah memberi imej buruk kepada ajaran Islam itu sendiri. Justeru Islam sudah tiada keindahan lagi dalam konteks hubungan antara kaum dan agama di negara ini.

Hayatilah kenyataan fatwa yang dibaca seperti berikut: “Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia Kali Ke-90 yang bersidang pada 1 Mac 2010 telah membincangkan Hukum Pelancong Bukan Islam Memasuki Masjid Dan Ruang Solat Utama Di Dalam Masjid. 

Muzakarah telah memutuskan bahawa pelancong bukan Islam diharuskan memasuki masjid dan ruang solat dengan syarat mendapat keizinan pihak pengurusan masjid dan perlakuan serta tingkah laku mereka tidak mencemarkan kesucian masjid dan sentiasa terkawal dan beradab.

Walaubagaimanapun, perbuatan berdoa atau bertafakur oleh pelancong bukan Islam mengikut cara agama mereka dalam keadaan yang boleh menimbulkan fitnah adalah dilarang.”

Landasan mengukuhkan fatwa
Sehubungan dengan fatwa tersebut, kita umat Islam seharusnya berfikiran rasional berasaskan beberapa landasan hukum harus atau haram orang bukan Islam memasuki masjid. Berpandukan beberapa sumber, tulisan ini memaparkan beberapa pandangan ulama’ mengenai hukum harus dan haram bagi orang bukan Islam memasuki masjid. Antaranya pandangan ulama-ulama mazhab Hanafi yang menyatakan harus termasuklah Masjidil Haram dengan berhujah bahawa Rasulullah SAW pernah menerima tetamu dari Thaqif, yang masih belum Islam pada masa itu di masjidnya dan tinggal di situ sebelum mereka memeluk Islam. Dalam hal ini, Imam Ahmad Hanbal menyatakan bukan Islam hanya dibenarkan untuk memasuki Masjidil Haram dan lainnya setelah mendapat kebenaran dari umat Islam atas tujuan yang munasabah.

Rasulullah juga diriwayatkan menerima tetamu Kristian dari Najran di dalam masjid Madinah, malah ketika itu mereka juga diizinkan oleh Nabi SAW untuk menunaikan sembahyang mereka di dalam masjid, Nabi menyebut kepada sahabat, “biarkan mereka (untuk melunaskan sembahyang mereka).”

Selain itu, Imam Bukhari menerusi sebuah hadis menyebutkan bagaimana seorang bukan Islam bernama Thumamah ibn Athal diikat oleh Rasulullah di dalam masjid (ditangkap atas kesalahan tertentu): “Rasulullah SAW menghantar seorang berkuda ke arah Najd, maka terlihat seorang lelaki dari Bani Hanfiah (sedang mengintip) bernama Thumamah ibn Athal, lalu diikatnya di satu tiang dari tiang-tiang masjid” (Riwayat Bukhari dan Muslim). Selepas tiga hari, yakni setelah Thumamah melihat bagaimana umat Islam beribadah dan keramahan umat Islam kepadanya, akhirnya dia memeluk Islam kerana tertawan dengan keindahan kehidupan dan ibadah umat Islam.

Meskipun firman Allah SWT (al-Taubah ayat 28) bermaksud: “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini.” Namun, ayat ini menegah orang-orang bukan Islam memasuki Masjidil Haram dalam keadaan telanjang sebagaimana adat mereka ketika jahiliyyah adalah menghina Masjidil Haram. Ini kerana apa yang menjadi najis bukan tubuh badan mereka tetapi iktikad mereka. Imam Abu Hanifah menyatakan orang bukan Islam dibenarkan memasuki Masjidil Haram sekadar lalu, tidak dibenarkan duduk dan menetap (sebagaimana sebahagian umat Islam) dan ‘kotor' sebagaimana difahami adalah kekotoran syirik yang melibatkan hati bukan kekotoran fizikal.

Begitu pula ada pandangan ulama-ulama mazhab Syafie membolehkan bukan Islam memasuki masjid dengan izin kaum Muslimin kecuali Masjidil Haram (rujuk Raudhah Tolibin, Jil.1.  Hlm. 296). Pandangan yang sama dengan Imam Ahmad dan sebahagian ulama Mazhab Hambali. Ia berlandaskan kata-kata Said bin Musayyib: “Sesungguhnya Abu Sufyan masuk ke Masjid Madinah ketika dia belum Islam, namun itu tidak diizinkan untuk Masjidil Haram (Rujuk Tafsir Ibnu Abi Hatim mengenai ayat 28, surah al-Taubah).

Apapun, pandangan Imam Ahmad bin Hanbal adalah haram orang bukan Islam memasuki masjid. Ia disokong majoriti fuqaha mazhab Hambali. Asasnya berpandukan hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahawa Umar bin Al-Khattab pernah menyuruh seseorang memasuki masjid tetapi dihalang oleh Abu Musa kerana orang itu seorang Nasrani. Saidina Umar tidak membantah halangan Abu Musa. Pandangan ini diperkuatkan oleh al-Qurtubi dalam tafsirnya mengenai ayat 28 surah al-Taubah.

Namun, pandangan mazhab Malik (rujuk Hasyiah al-Showi dan Hasyiah al-Dusuki) orang bukan Islam tidak dibenarkan masuk ke masjid sekalipun diizinkan oleh orang-orang Islam melainkan dalam keadaan darurat (tertentu). Asasnya kerana dibimbangi akan berlaku perkara-perkara yang menghina kesucian masjid. Keadaan darurat itu dirujuk kepada perbezaan jenis orang bukan Islam itu sama ada harbi, zimmi atau ’ahdi. Maka yang bertaraf zimmi adalah mereka yang sedia mesra dengan Islam tidak mungkin menghina kesucian masjid.

Kunci fatwa
Apapun perbahasan harus atau haram orang bukan Islam memasuki masjid tetap berteraskan kepada firman Allah SWT (al-Taubah ayat 28) bermaksud: “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini.” Justeru itu, ada pandangan yang melihatnya paling kurang terdapat tiga isu yang diperbincangkan oleh ulama Islam: pertama, orang bukan Islam memasuki Masjidil Haram, kedua mengapa orang bukan Islam dilarang memasuki Masjidil Haram, dan ketiga orang bukan Islam memasuki masjid selain Masjidil Haram.  Sehubungan itu perlu juga dirujuk kepada maksud firman Allah (an-Nisa’ ayat 43), “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengerjakan sembahyang, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekadar berlalu saja.”

Majoriti ulama melarang bukan Islam memasuki Masjidil Haram atas larangan yang terdapat di dalam ayat ini. Namun Imam Abu Hanifah dan Ahmad menghalusi dalam hal tersebut. Sementara di sisi mazhab Maliki dan Syafie pula melarang memasuki Masjidil Haram, namun demikian bagi ahli Kitab (Kristian dan Yahudi) dibolehkan untuk memasukinya dengan syarat-syarat tertentu.

Masjid selain Masjidil Haram
Imam Ibn Hajar Al-‘Asqolani ketika menghuraikan isu ini mengatakan mazhab Maliki tetap melarang orang bukan Islam memasuki masjid. Manakala Mazhab Syafie, Hanbali dan Hanafi membenarkan memasuki masjid-masjid selain Masjidil Haram dengan syarat-syarat tertentu. Ibn Hajar  juga menegaskan kebenaran ini cukup kuat dari dalil tawanan perang bernama Thumamah (merujuk hadis mengenai Thumamah ibn Athal) tersebut.

Imam Nawawi yang merujuk hadis ini berkata harus mengikat tawanan dan menahannya serta harus bagi seorang yang bukan Islam memasuki masjid. Bagi Mazhab Syafie keharusannya dengan syarat mendapat keizinan dari umat Islam sama ada orang bukan Islam itu dari kalangan ahli Kitab atau selainnya. Namun Khalifah Umar bin Abd Aziz, Qatadah dan Imam Malik tidak mengharuskannya (rujuk Syarah Sohih Muslim 12/87).

Selain yang di atas, al-Muzani merupakan murid Imam Syafie juga berbeza ijtihad dengan gurunya. Bagi al-Muzani menyatakan tidak harus orang bukan Islam memasuki masjid, apatah lagi menetap di dalamnya, kerana jika mereka dibenarkan, sudah tentu orang yang berjunub juga akan dibenarkan. Sedangkan ayat (an-Nisa’:43) di atas menyebut larangan bagi mereka yang berjunub memasuki masjid kecuali lalu sahaja.

Bagi al-Mawardi pula, apa dimaksud al-Muzani, iaitu sekiranya harus (bagi bukan Islam masuk masjid), sudah tentu muslim yang berjunub lebih utama untuk dibenarkan disebabkan kehormatannya dan kemuliaannya, maka di ketika tidak harus bagi seorang Muslim menetap di dalamnya, maka tentulah orang bukan Islam lebih-lebih lagi dilarang––kerana  mereka dikira sentiasa berjunub. Malah kata-kata Imam Syafie dalam hal ini, iaitu “tiada masalah untuk seorang bukan Islam menetap di setiap masjid kecuali masjidil Haram (rujuk al-Hawi al-Kabir 2/268).

Rumusan hukum
Majoriti ulama bersepakat orang bukan Islam tidak boleh memasuki Masjidil Haram. Sementara agak jelas terdapat ijtihad yang berbeza di dalam menentukan hukum bagi masjid-masjid selain Masjidil Haram. Namun didapati majoriti ulama silam dan masa kini dilihat mengharuskan orang bukan Islam memasuki masjid-masjid biasa, tetapi dengan syarat-syarat tertentu. Antara syaratnya mestilah dengan izin umat Islam atau badan berkuasa Islam bagi masjid berkenaan, mestilah mempunyai sebab yang munasabah untuk memasukinya, dan orang bukan Islam mestilah menghormati seluruh keadaan dan alatan masjid, tidak membuat kebisingan dan memakai pakaian yang sesuai seperti menutup aurat bagi wanitanya.
Sesungguhnya Islam menggalakkan toleransi dan keharmonian hidup antara Islam dan orang bukan Islam. Jika masuknya orang bukan Islam itu untuk menyampaikan ucapan yang boleh membawa kepada persefahaman lebih baik, maka ia amat digalakkan. Selari dengan hakikat Islam ialah agama yang mengamalkan dialog yang bermanfaat dalam maksud dengan semua kaum dan agama.  Selari dengan panegasan Sheikh `Atiyyah Saqr, bekas ketua Jawatankuasa Fatwa Al-Azhar bahawa mengikut fuqaha’ mengenai maksud firman Allah SWT (merujuk kepada at-Taubah: 28 dan an-Nisaa’: 43) majoriti fuqaha’ termasuk kalangan Mazhab Maliki, Shafie dan yang lainnya hanya musyrikin atau penyembah berhala tidak dibenarkan memasuki Masjidil Haram di Mekah. Bermakna tidak salah kalau orang Kristian (Nasrani) dan Yahudi memasukinya. 

Berdasarkan kepada pandangan dinyatakan, umumnya orang bukan Islam dibenarkan untuk memasuk masjid dengan berpandukan keadaan, iaitu tidak harus memasuki Masjidil Haram kecuali dengan kebenaran pihak berkuasanya, ada alasan kukuh atas sifat memberi kebaikan di sisi Islam, menghormati kemuliaan masjid sebagai tempat suci untuk beribadah dan menjaga tingkahlaku termasuk berpakaian sopan menurut Islam. Apapun pandangan ulama’ membenarkan orang bukan Islam memasuki masjid adalah bersandarkan sirah di zaman Nabi yang menghukum Thumamah ibn Athal diikat di tiang Masjid Nabawi dan orang Nasrani Najran dibenarkan masuk ke Masjid Nabawi.

Rumusannya, jalur mazhab Hanafi membenarkan orang bukan Islam memasuki semua masjid, Syafie pula membolehkan bagi semua masjid melainkan Masjidil Haram dan sekitar tanah haram Mekah, dan mazhab Maliki pula tidak harus melainkan kerana darurat ada kerja yang kepakaran berada pada orang bukan Islam.

Oleh: Wan Nik Wan Yusof (Harakah Daily)

25.8.10

Paderi Melayu?!

PADERI MELAYU YANG BARU TIBA DARI SINGAPURA BERADA DI SINI SEKARANG - RAZMAN ZAKRI

: PADERI MELAYU PLEASE FORWARD THIS MESSAGE TO OTHER MUSLIMS..

SEKARANG KRISTIAN SEDANG AKTIF DI SEREMBAN 1900 ORANG PADERI MELAYU YANG BARU TIBA DARI SINGAPURA BERADA DI SINI SEKARANG.

MEREKA MENGGUNAKAN SIHIR.

BERHATI- HATI DENGAN AIR MINERAL JENAMA:-

1. AL -BARAMKAH

2.AL-MANSORI

3. AL-BISTARIA

P/S : SAMA ADA DIPEROLEHI SECARA PERCUMA ATAU DIJUAL MURAH SEMUA AIR-AIR INI TELAH DICAMPUR DENGAN 'HOLY WATER' TOLONG SEBARKAN MESSAGE INI KEPADA SEMUA UMAT ISLAM/SAHABAT/SAHABIAH & DLL.

SESUNGGUHNYA KITA TAK TERMAMPU MEMEGANG SENJATA UNTUK MENEGAKKAN AGAMA ISLAM, AKAN TAPI KITA BOLEH LAKUKAN DENGAN SEND MESSAGE NIE .. SEMOGA JASA BAIK INI DIRAHMATI OLEH ALLAH SWT..-

2.8.10

Rahsia Kubur Di Kubah Masjid Nabawi

Ini adalah suatu kisah keajaiban terjadi sekitar 90 tahun lalu diriwayatkan oleh Syeikh Al-Zubaidi. Seseorang telah cuba untuk menghancurkan Kubah Nabi Muhammad SAW, Masjid Al-Nabawi (Gumbad-e-Khizra)

Namun, ketika dia memanjat kubah untuk mulakan kemusnahan, tiba-tiba kilat memusnahkannya dan dia meninggal dunia di situ. Lantaran itu tidak ada seorang pun yang mampu mengalihkan mayatnya dari puncak kubah.

Beliau juga mengatakan bahawa orang yang soleh dari Madinah mendengar suara dalam mimpinya bahawa tidak ada sesiapapun yang dapat mengambil mayat dari puncak kubah itu dan bahawa ia harus dikebumikan di situ sebagai amaran dan peringatan bagi orang-orang yang mungkin cuba untuk menghancurkannya pada masa akan datang.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk mengebumikannya tepat ada pada kubah dan menutupi tubuhnya dengan penutup hijau sehingga tidak akan terlihat oleh orang lain.




Wallahua'lam, Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa.


Sumber Asal: Anak Sungai Derhaka