Nukilan kali ini ku adaptasikan hasil karya Rafis (adik ku yang masih belajar di Cairo) yang mana karyanya ini telah menjadikannya sebagai Naib Johan dalam pertandingan Sayembara mencipta Puisi Maulidur rasul 1430H.
Sirahnya terlalu agung untuk kusitir
Apalagi syaksiahnya untuk ku potretkan
Terlalu mulia tidak terperi
Terlalu kudus tidak terungkap
Namun tetap saja ku lakar tanda cinta.
Ku redah puing-puing sejarah
tua dimamah usia
ditimbus dedebu sahrawi hampir dilupa
Ku lekap kanta mencerakin fakta
dari lembar-lembar kuning
melangkau mandala maya,
Tapi
tetap saja langkah usaha mati
berpenghujung sia.
Lalu sekeping cermin kuhadapkan
Moga bayang yang terbias mulus sempurna
tanpa sejalur cela mencelah.
Namun silau cahayanya membutakan,
Pandangan kabur
Aku teraba.
Bilah-bilah waktu mendenting resah,
Suntuk mula membulat pasrah.
Mungkin masih hijau lagi mentah
Atau,koyak besar menghias tabir makrifah.
Hingga gagal menghulur hadiah
mengungkap rasa bergelar mahabbah,
Kepada dia,utusan Allah.
Medihaz,Cairo.
Naib Johan,
Sayembara Mencipta Puisi Maulidur Rasul 1430 H.
1 comments:
bila lak nk baca puisi en rizal sendiri..hehehe
Post a Comment